Minggu, 14 April 2013

Sabtu, 06 April 2013

Renungan

~>Hukum Dusta di Dunia Semut<~ 

Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi seorang Mufti Masjidil Haram, mengisahkan kisah nyatanya sendiri, dia berkata: Pada suatu kesempatan, aku duduk di sebuah tempat, Kupalingkan pandanganku kesana kemari melihat makhluk-makhluk Allah S.W.T. Akupun terkagum-kagudengan ciptaan ar-Rahman SWT. Seekor semut menarik perhatianku. Dia berkeliaran di sekitarku untuk mencari sesuatu, mencari, dan mencari. Tidak merasa terbebani, juga tidak bosan.

Di tengah-tengah pencariannya, dia menemukan sisa-sisa bangkai belalang, tepatnya adalah kaki belalang. Diapun menyeretnya, dan menyeretnya, dan berusaha untuk membawanya ke tempat tertentu yang telah ditentukan oleh hukum mereka di dunia semut. Dia sudah banyak berusaha dalam usahanya tersebut. Setelah beberapa waktu, dan kesungguhan, dia merasa tidak bisa membawa kaki belalang tersebut. Lalu dia tinggalkan buruan berharga tersebut, kemudian pergi ke suatu tempat yang tidak kuketahui, dan diapun menghilang.

Selang beberapa waktu, dia kembali bersama dengan sejumlah besar semut. Di saat aku melihat kemana mereka menuju, aku tahu bahwa semut yang tadi telah mengajak mereka semua untuk membantunya mengangkat apa yang tidak mampu dia angkat. Akupun ingin hiburan sedikit, kuambil kaki belalang tersebut, lalu kusembunyikan. Maka dia dan semut-semut lain yang bersamanya mencari kaki tersebut, mereka mencarinya kesana kemari tanpa ada hasil, hingga mereka putus asa akan keberadaannya, lalu merekapun pergi meninggalkan tempat tersebut. Setelah itu, semut yang pertama datang kembali sendirian menuju tempat tadi. Sebelum dia sampai pada tempat tadi, kukembalikan kaki belalang di hadapannya.

Maka mulailah dia mengitari dan melihat di sekelilingnya. Lalu dia berusaha untuk menyeretnya lagi, berusaha dan berusaha, hingga dia merasa lemah. Kemudian dia pergi meninggalkan tempat itu sekali lagi. Akupun yakin bahwa dia pergi untuk memanggil kabilah semutnya guna membantunya untuk mengangkat kaki belalang yang ditemukannya tersebut. Setelah itu, datanglah sekumpulan semut bersama semut tadi, dan kukira itu adalah kelompok semut yang sama seperti tadi!! Mereka pun datang, dan saat aku melihat mereka berjalan di belakang semut pertama menuju tempat tadi, akupun banyak tertawa, lalu kuambil kaki belalang dan kusembunyikan dari mereka sekali lagi. Merekapun mencari kesana kemari, mereka mencari dengan penuh keikhlasan. Demikian pula semut tadi mencari dengan sepenuh semangat dan keyakinannya, berputar kesana kemari, melihat ke kanan dan ke kiri, agar melihat sesuatu, akan tetapi tidak ada sesuatupun. Pada saat seperti ini, terjadilah sesuatu yang aneh. Sekumpulan semut itu berkumpul bersama yang lain setelah mereka bosan mencari, dan diantara mereka terdapat semut yang pertama. Kemudian tiba-tiba mereka menyerangnya, lalu memotong-motongnya secara ganas di hadapanku. Dan demi Allah, aku melihat kepada mereka, sementara aku ada pada keterkejutan yang besar.

Apa yang terjadi membuatku takut... mereka membunuhnya...mereka memotong-motongnya di hadapanku. Astaghfirullah! Ya, mereka memotong-motongnya di hadapanku... dia terbunuh karena aku... mereka membunuhnya karena mereka menyangka bahwa dia telah berdusta kepada mereka!!! SubhanAllah, hingga bangsa semut memandang dusta sebagai aib, dan kekurangan, bahkan dosa besar yang pelakunya dihukum bunuh!! Semut menganggap dusta adalah sebuah kejahatan, dan memberikan hukuman atasnya!! Maka bagaimana jika dusta itu membawa keburukan, atau keragu-raguan yang di belakangnya akan timbul fitnah, peperangan, dan kehancuran rumah tangga?! Serta penderitaan rakyat banyak karena para wakil rakyat yang dipilih ternyata mendustai rakyatnya dengan korupsi, nepotisme, dll. serta pemimpin negara ini mendustai dan mendurhakai HUKUM ALLAH yang wajib diterapkan....Maka dimanakah orang yang bisa mengambil pelajaran dari semut kecil ini ? Subhanallah walhamdulillah.... "Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan TIPU DAYA (DUSTA) dan pencurian (KORUPSI). Hati mereka lebih busuk dari bangkai." (HR. Aththabrani)

Rabu, 03 April 2013

SABAR TERHADAP PENGANIAYAAN ORANG


by. Harun Samsudin
(Petikan Kitab Risalatul Murid, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]

Ada setengah manusia yang tabiatnya suka menganiaya orang, memandang rendah terhadapnya, atau suka mencela dan sebagainya. Jika anda tergolong orang-orang yang ditimpa penganiayaan itu, maka hendaklah anda bersabar, jangan sekali-kali anda membalasnya. Disamping itu, hati anda harus bersih dari dengki dan dendam atau mendendam perasaan jahat terhadap orang.

Dan jangan mendo'akan yang tidak baik terhadap yang menganiayamu. Jika orang tersebut ditimpa musibah atau celaka jangan anda menuduhnya bahwa itu balasan Allah karena tingkah lakunya terhadap dirimu.

Jika anda bisa berbuat baik dan bersabar atas penganiayaan orang, dan lebih utama lagi apabila anda memaafkan orang yang menganiayamu, dan anda do'akan supaya Allah memberi petunjuk padanya, dan itulah akhlak dan kelakuan para shiddiqin. Anggaplah penganiyaan itu satu kenikmatan dari Tuhan-mu, sebab jika mereka menyanjungmu mungkin dengan sebab itu, malah yang memberatkan anda dari mengerjakan ketaatan pada Allah Ta'ala.

Begitu juga bila anda sedang diuji dengan sanjungan penghormatan, pujian berulang-ulang dari orang banyak, hendaklah anda mengawasi dirimu supaya tidak terfitnah oleh mereka. Jika anda bimbang, mungkin anda akan terdorong dengan sikap pura-pura atau menunjuk-nunjuk ketika dalam majelis, ataupun pergaulan, akan menghalangi anda untuk ketaatan ketika itu, hendaklah bersegera mengasingkan diri dari mereka. Jika perlu tutup pintu rumah anda supaya mereka tidak datang lagi, ataupun tinggalkan tempat yang selalu anda berkumpul, pergilah ketempat yang lain agar mereka tidak tahu dan senantiasa anda memilih, lebih suka menjauhkan diri, dari cari nama atau kedudukan karena di dalamnya banyak terdapat fitnah dan bencana-bala'.

Berkata setengah para salaf, demi Allah tiada seorang hamba yang berlaku benar kepada Tuhannya, melainkan ia suka cari nama (maksudnya orang yang tidak berlaku benar/shidiq kepada Allah, ia akan suka cari nama). Tak ada seorang pun yang mengetahui tentang kedudukannya (disisi-Nya). Seorang salaf yang lain berkata, sepanjang yang aku tahu tiada seorang yang ingin agar dirinya dikenal orang, melainkan akan binasa agamanya dan akan terbuka belangnya.