Sabtu, 13 Juli 2013

Implikasi Manajerial


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia , kata implikasi berarti akibat . kata impplikasi sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya yang dibahas saat ini adalah manajerial atau manajemen 

Teori X dan Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor (1967) yang memiliki pandangan yang berbeda terhadap manusia yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X) dan bersifat positife (Teori Y) Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompokan asumsi tertentu dan manajer tersebut cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai dengan asumsi tersebut . Dalam
Teori X terdapat empat asumsi , yaitu diantaranya :
1. bawahan tidk suka bekerja dan bilamana mungkin  akan berusaha menghindarinya 
2. karena bawahan tidak suka bekerja , mereka harus dipaksa , dikendalikan atau diancam dengan hukuman
3. bawahan akan mengelak tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal
4. kebanyakan bawahan mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat ) dan hanya menunjukan sedikit ambisi 
sedangkan , dalam teori X diasumsikan bahwa :
1. bawahan memandang bahwa pekerjaan sama alamiyahnya dengan istirahat dan bermain
2. seseorang yang memiliki komitmen paada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri
3. seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima , bahkan mencari tanggung jawab
4. kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang dan tanggung jawab)

Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi 


Teori ini memusatkan bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe  dan y sehingga mampu berkontribusi dalam suatu organisasi . Tipe X yang cenderung malas bekerja dan menyukai diperintah, mungkin akan membutuhkan saluran komunikasi yang formal , dimana pemimpin dapat menginstruksikan berbagai perintah secara formal . berbeda dengan tipe Y , antara pemimpin dengan bawahan akan lebih sering berkomunikasi secara informal atau partisipatif . hal ini dilakukan karena kedua belah pihak sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman yang sudah baik . 
Motivasi yang diberikan kepada tipe x , mungkin akan cenderung dengan pemberian hukuman yang tegas sehingga berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan sangat dibutuhkan . sedangkan untuk tipe y , komunikasi akan sangat mempengaruhi karena motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi .


Teori Kepemimpinan Situsional
Teori ini dikemukakan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blachard (1974 -1977) teori ini merupakan pengembangan dari penelitian kepemimpinan yang diselesaikan di ohio state University (stogdill dan Coons,1957) teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada kematangan bawahan dan kemampuan pemimpin untuk menyelesaikan orientasinya , baik orientasi tugas maupun hubungan kemanusiaan . taraf kematangan bawahan terentang dalam suatu kontinum dari immatery ke maturity . semakin dewasa bawahan , semakin matang individu atau kelempok untuk melakukan tugas atau hubungan . 

dalam kepemimpinan situsional ini , Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya sebagai berikut :
~ Telling (S1) yaitu perrilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan tugas rendah . gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah dimana pemimpin yang berperan
~ Selling (S2) perilaku dengan tugas tinggi dan hubungan tinggi . kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pemimpin tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan sosioemocional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan .
~ Participating (S3) yaitu perilaku hubungan tinggi tugas rendah . pemimpin dan bawahan sama-sama memberikan kontribusi dalam mengambil keputusan melalu komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas .
~ Delegating (S4) yaitu perilaku hubungan dan tugas rendah . gaya ini memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang bersifat umum . yang dipimpin adalah orang yang sudah matang dalam melaksanakan tugas dan matang pula secara psikologis.

dalam kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi 4 bagian , membutuhkan komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. dalam kepemimpina ini , Delegating dengan tugas dan perilaku rendah menadi aspek yang paling disukai karena apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi maka ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi .

Tipologi Kepemimpinan


Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).

1. Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3. Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

4. Tipe Karismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.

5. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

sumber:
http://elqorni.wordpress.com/2008/04/24/perkembangan-paradigma-kepemimpinan-gaya-tipologi-model-dan-teori-kepemimpinan/